Friday, January 26, 2007

Tokoh Unik Abuya Ashaari (2-Habis)


DARI mana Abuya memperoleh dana yang besar untuk mendirikan banyak proyek perniagaan dan kegiatan sosial lainnya? Beberapa undangan dalam peluncuran buku biografi Abuya ingin memperoleh rahasia pengembangan proyek-proyek ekonomi Rufaqa yang sangat memikat itu.

Seperti dijelaskan salah seorang istrinya, Khadijah Amm, dan putra keduanya Nizamuddin, Abuya sering menyatakan dananya dari Allah, atau disebutnya modal dari Tuhan. Dia mengaku tidak pernah pinjam uang dari bank untuk aktivitas Rufaqa. Sebab, uang dalam bank ada unsur riba.

Dia meyakini kebenaran ayat Alquran, yang menyatakan Allah akan memberi rezeki yang kadang tidak terduga sebelumnya kepada orang-orang yang bertakwa. Karena itu, ketakwaan keluarga besar Abuya dan pengikut Rufaqa terus diintensifkan.

Tiap malam, semuanya harus rajin menjalankan shalat tahajud, berzikir, dan berdoa. Selain itu, juga harus ikhlas dalam menjalankan perintah Allah dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Aktivitas itu terus dijalankan tiada henti sampai sekarang. Bahkan, dewasa ini Rufaqa memiliki 500 motivator yang bertugas memberikan motivasi kepada seluruh pekerja/aktivis yang terlibat dalam usaha dan segenap kegiatan organisasi, dengan harapan mereka tetap istiqamah (konsisten) menjalankan tugas kesehariannya.

Modal awal hanya diperoleh dari keluarga dan anak-anaknya. Tidak dijelaskan berapa nominalnya. Bagi Abuya, yang penting usaha memajukan Islam dan umatnya harus dijalankan dengan ikhlas untuk mencapai rida Allah. Prinsip dasar itu ditanamkan terus-menerus dalam semua kegiatan, termasuk dalam proses pembelajaran di bangku sekolah. Sebab, dengan cara itu segala program akan berjalan lancar karena memperoleh pertolongan dari Allah.

Budi Hartanto, Koordinator (Pengarah Negeri) Rufaqa Semarang menyatakan tidak mengetahui berapa besar omzet perniagaan Rufaqa dan asetnya. Tetapi, pendirian usaha-usaha perniagaan di cabang, termasuk di Indonesia, selalu dibantu Rufaqa Pusat. Misalnya ingin mendirikan usaha perlu Rp 3 miliar dan cabang baru memiliki dana Rp 1 miliar, Abuya akan membantu kekurangannya.

''Kalau sistem waralaba, cabang harus membayar royalti ke kantor pusatnya. Namun, Abuya tidak melakukan hal itu,'' jelas Budi.

Rufaqa Semarang yang berkantor di Jl Tlogosari Raya I/23 juga memiliki banyak program, seperti usaha perdagangan/bisnis, percetakan, bengkel, dan keagamaan. Tetapi karena tahap awal, kegiatan-kegiatan itu belum banyak dikenal masyarakat.

''Pekerjaan rumah (PR) kami masih banyak,'' tambahnya.

Menyayangi Sesama

Prinsip lain yang juga selalu ditanamkan Abuya adalah menyayangi sesama, termasuk orang-orang yang tersisihkan. Kasih sayang itu harus diwujudkan dalam praktik hidup keseharian, bukan sekadar retorika. Rasa kasih sayang terhadap sesama itu hakikatnya merupakan manifestasi dari ketakwaan kepada Allah. Seseorang tidak bisa disebut bertakwa jika dalam kesehariannya tak memiliki kepedulian terhadap sesama.

''Misalnya, kita menyaksikan ada orang bersitegang dengan sopir angkutan umum karena uang yang dibayarkan masih kurang, sedangkan di kantungnya tak ada serupiah pun. Jika melihat adegan semacam itu tidak membantu, kita belum bisa disebut sebagai orang bertakwa, sekalipun tiap hari rajin shalat lima waktu. Shalat yang dijalankan belum mampu membentuk akhlak islami,'' tutur Sudarta, warga Jatingaleh, Semarang.

Prinsip menyayangi sesama juga diwujudkan oleh Abuya dalam pengelolaan perekonomian/perniagaan. Contohnya, dalam perdagangan seseorang tidak boleh mengambil untung terlalu besar, apalagi sampai memberatkan konsumen/pembeli.

Selain itu, dalam proyek perniagaan ada outlet khusus bagi orang kurang mampu. Mereka yang datang ke outlet tersebut boleh membayar semampunya. Tidak ada harga yang dipatok. Ketika ada pembeli, penjaga outlet justru bertanya, ''Bapak/Ibu punya uang berapa?''

''Bagi kita, hal itu tidak lazim. Tetapi itulah, yang dijalankan Abuya. Pak Asa Munawar, warga Kauman Semarang, ketika berkunjung ke tempat Abuya kaget. Sewaktu akan membeli barang yang dijajakan, penjaga outlet bertanya, Bapak punya uang berapa?'' cerita Budi Hartanto.

Asa Munawar yang sudah empat kali datang ke markas Abuya di Rawang, Selangor, Malaysia menyatakan kekagumannya atas gerakan Rufaqa dalam mewujudkan sistem hidup yang islami. Dia merasa sangat damai hidup dalam masyarakat yang dibangun Abuya. Bahkan, dia ingin sekali bisa pindah ke Rawang, karena hidup di temoat itu sangat tenang. Semua hidup menurut cara Nabi Muhammad, sehingga tidak ada kekhawatiran apa pun, baik terhadap diri sendiri maupun anak istri.

Ketika Islam mendapat penilaian negatif dari Barat setelah serangan teroris terhadap gedung WTC di Amerika Serikat beberapa waktu lalu, Abuya mengirim grup nasyid perempuan ke beberapa negara Eropa untuk pentas perdamaian. Tujuannya untuk memperlihatkan kepada Barat bahwa Islam bukan agama kekerasan dan terorisme, melainkan agama yang cinta damai.

Untuk membangun kebersamaan, dalam Rufaqa selalu diajarkan shalat tepat waktu dengan berjamaah. Bahkan, saat bepergian juga dianjurkan tidak sendirian, tetapi berjamaah. Setidaknya dua orang. Mengapa?

''Ya itulah, cara hidup Nabi. Barangkali kalau ada sesuatu, ada yang menolong atau membantu,'' kata Sutrimo Yusuf, pengusaha mebel asal Jepara.

Masih banyak kehebatan ajaran ataupun pribadi Abuya yang ditulis Ny Khadijah Aam, termasuk masalah keluarganya yang berpoligami dan kejadian-kejadian ajaib yang dialami suaminya. Semua itu memperkuat keyakinan sebagian orang bahwa Abuya adalah pembaharu (mujaddid) yang menurut hadis Nabi akan datang seorang pada tiap abad.(Sudarto-64a)